Minangkabau dan salafiyah wahabiyah

Bismillahirrahmanirrahim
Tak bisa di pungkiri gerakan salafiyah Wahabiyah termasuk sukses mendudukkan dasar dasar kebudayaan minangkabau yg egaliter, namun sekarang mulai tergerus oleh sebuah proses asimilasi budaya dgn faham yang lebih moderat,
Kenapa penulis bilang begitu???
Dulu sebelum islam masuk ke Minangkabau, orang2 minang sudah memiliki tatanan budaya yg khas, yg sering dikenal dgn sistem kekerabatan matrilinealistik, sbg antitesis dari sistem patrilinealistik yg umum berlaku dalam sebuah tatanan kehidupan bermasyarakat,
Lalu kemudian islam masuk ke Minangkabau dan lama kelamaan berasimilasi dengan kebudayaan setempat, masyarakat minang kala itu walau pun mereka beragama islam tapi keyakinan-keyakinan tradisional mereka kental dalam kehidupan kesehariannya, hal ini menjadi keprihatinan kaum muda minang yg lebih terdidik kala itu, dimotori oleh kaum muda yang baru pulang bersekolah di Arab Saudi, diantara mereka adalah haji miskin haji sumanik dan haji piobang,tuangku nan renceh imam Bonjol dan lainnya, mereka sangat terinspirasi dgn gerakan wahabisme saudiah yang gencar kala itu, dan sukses mendapuk dinasti saud ke tampuk kekuasan nya
Awal nya pemikiran kaum muda minang ini mendapatkan penentangan dari kaum tua yg ingin mempertahankan tradisi tradisi yg telah menjadi keseharian mereka, yg dikenal dengan adaik lamo pusako usang nya  puncak nya adalah dengan meletus nya perperangan antara kaum muda dan kaum tua yg kemudian dimanfaatkan oleh Belanda untuk bisa bercokol di ranah Minang,
perperangan panjang ini hampir meliputi  seluruh sumatra bagian tengah hingga utara, kalau tidak wabah kolera yg mewabah kala itu invansi kaum muda salafiyah Wahabiyah minang bisa Sukses mengislamkan seluruh tanah batak, namun takdir berkata lain,
Kembali ke topik kita di atas, perperangan yg dikenal dengan perang Padri ini akhirnya melahirkan kesadaran antara kaum tua dan muda akan kesalahan kesalahan yg mereka lakukan, dgn rivalitas yg berujung bentrok tersebut menghadirkan penjajahan oleh bangsa kafir di Minangkabau, sentimen kafir inilah yg menjadi trigger bg orang minang untuk rekonsiliasi, ditambah cara2 belanda yg tidak menghargai kaum tua sebagai sekutunya, mengakibatkan kaum tua berbalik arah bergabung dgn kaum muda untuk mengusir belanda dari tanah minang, tapi sdh cikup terlambat,
Namun secara moral kaum muda memenangkan kontestasi ini dgn dilahirkan nya sebuah konsensus yg dikenal dgn traktat marapalam, yg mendudukan sara' lebih tinggi dari adat,  kaum muda sukses meletakan dasar dasar kehidupan beragama yang jauh dari tradisi2 tahayul bid'ah dan khurafat, dg slogan adat basandi Syara' Syara' basandi kitabullah, Syara' mangato adaik mamakai
Sejak itu dalam masyarakat minang teciptalah Tatanan masyarakat yg islami yg egaliter, yg Jauh dari prilaku2 tbc tersebut,
Sehingga dlm masyarakat minang kala itu, sampai beberapa dekade terakhir tidak dikenal dgn tradisi seperti yasinan tahlil, marhaban dll sehingga boleh dikata di Minangkabau itu rata2 Jadi basisnya kaum salafiyah ala Minangkabau,
Namun proses asimilasi budaya yg intens berujung akulturasi, tradisi2 yg dulu tidak ada di Minangkabau sekarang mulai ada, dan akan mudah ditemukan, pengaruh faham Safiyah Wahabiyah mulai memudar dari ranah minang,
Padahal tak bisa di pungkiri bahwasa perjuangan untuk mendudukan dasar dasar berkebudayaan orang minang yang relegius  tercermin dari ungkapan adat basandi syara' adalah sebuah bukti kesuksesan dari perjuangan kaum salafiyah wahabiyah kaum muda Minangkabau kala itu,

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CARA MENIPU MALAIKAT

Ahlusunnah yg tidak mengikuti sunnah

Shalat dalam keadaan khusus